Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham yang disebut pemimpin Majlis az-Zikra yaitu dai populer dengan suara khasnya. Serak, berat, dan bertenaga. Walau sebenarnya, berdasar pada pengakuannya, awalnya tak demikianlah. Bahkan juga, beliau mempunyai nada yang sangat lantang serta memercayakan retorika dalam mengemukakan ajaran-ajaran Allah Ta’ala.
Masih berdasarkan pengakuannya, beliau kerap dijadikan ‘second option’ sembari menanti tampilnya almarhum dai sejuta umat, Kiyai Haji Zainuddin MZ. Katanya, “Jadi, nada serak ini kuasa Allah Ta’ala. ” Lalu, bagaimana ceritanya sampai suara yang lantang dan keras berubah jadi serak dan berat?
Pada sepotong Subuh yang syahdu, sebagian jamaah shalat berkumpul sambil menunjuk-nunjuk satu objek. Ada ular. Berbisa. Dai asal Banjarmasin ini juga mendekati serta menangkap ular itu. “Arifin tak takut ular, ” katanya. Ular itu juga ditempatkan di satu wadah di rumahnya.
Mendekati siang, waktu beliau dan rombongan akan menuju tempat kajian, ada satu diantara teman dekat beliau yang mengambil wadah berisi ular itu. Dai yang senantiasa sejuk dengan ajakan dzikir ini juga mengingatkan, “Awas, itu ada ularnya. Berbisa. ”
Lalu, sosok yang akrab dengan baju serbaputih ini juga mengambil satu wadah lain. Lantas berkata, “Letakkan disini. ” Tetapi, lantaran was-was, sahabatnya itu melemparkan ular itu hingga mematok sisi
Masih berdasarkan pengakuannya, beliau kerap dijadikan ‘second option’ sembari menanti tampilnya almarhum dai sejuta umat, Kiyai Haji Zainuddin MZ. Katanya, “Jadi, nada serak ini kuasa Allah Ta’ala. ” Lalu, bagaimana ceritanya sampai suara yang lantang dan keras berubah jadi serak dan berat?
Pada sepotong Subuh yang syahdu, sebagian jamaah shalat berkumpul sambil menunjuk-nunjuk satu objek. Ada ular. Berbisa. Dai asal Banjarmasin ini juga mendekati serta menangkap ular itu. “Arifin tak takut ular, ” katanya. Ular itu juga ditempatkan di satu wadah di rumahnya.
Mendekati siang, waktu beliau dan rombongan akan menuju tempat kajian, ada satu diantara teman dekat beliau yang mengambil wadah berisi ular itu. Dai yang senantiasa sejuk dengan ajakan dzikir ini juga mengingatkan, “Awas, itu ada ularnya. Berbisa. ”
Lalu, sosok yang akrab dengan baju serbaputih ini juga mengambil satu wadah lain. Lantas berkata, “Letakkan disini. ” Tetapi, lantaran was-was, sahabatnya itu melemparkan ular itu hingga mematok sisi
tangan pada jari telunjuk dengan ibu jarinya.
Cerita beliau, “Tiga puluh menit lalu, Arifin koma sepanjang dua puluh satu hari. ”
Menarik, sebelumnya koma, beliau di beri hidayah untuk lakukan bermacam sunnah Nabi. Di mana sunnah-sunnah tersebutlah yang menjadi sebab pertolongan Allah Ta’ala padanya.
Pertama, saat merasakan racun mulai menjalari sekujur tubuhnya, beliau ingat beberapa uang di sakunya. “Sedekahkan ini, semuanya. ” Sebab, tutur dai yang pernah jadi sasaran brutal sekelompok orang Syi’ah ini mengutip sabda Nabi, “Sedekah dapat menolak bala’ (penyakit, celaka, serta keburukan yang lain). ”
Ke-2, beliau segera menelpon orang tua. Memohon doa. Beliau amat memahami kalau doa orangtua sangat makbul. Tuturnya menceritakan, “Sembari menahan sakit yang mengagumkan, Arifin menelpon Mamah serta Abah. ” Pada ke-2 fasilitas surganya itu, dai yang pernah tinggal di bilangan Depok Jawa Barat ini mengemukakan permintaan maaf serta memohon didoakan supaya diberikan kesembuhan.
Ketiga, membuat ‘kontrak’ dengan Allah Ta’ala. Sesaat sebelum hilang kesadaran, beliau memohon kertas dan alat tulis. Diatas kertas itu, beliau menulis, “Ya Allah, bila Engkau masihlah menghendaki hamba berdakwah di negeri yang hamba cintai ini, hidupkan hamba. Namun, bila hamba tidak lagi bermanfaat, matikan hamba. ” Di bagian akhir, beliau menulis kalimat thayyibah “Laa ilaha illallah, Muhammadan Rasulullah. ”
Qadarullah, beliau sadarkan diri sesudah hilang kesadaran selama 21 hari. Waktu sadar, suara beliau jadi serak serta seberat sekarang. Namun, mengutip perkataan istri pertamanya, “Suara Ayang seksi, kok. ”
Cerita beliau, “Tiga puluh menit lalu, Arifin koma sepanjang dua puluh satu hari. ”
Menarik, sebelumnya koma, beliau di beri hidayah untuk lakukan bermacam sunnah Nabi. Di mana sunnah-sunnah tersebutlah yang menjadi sebab pertolongan Allah Ta’ala padanya.
Pertama, saat merasakan racun mulai menjalari sekujur tubuhnya, beliau ingat beberapa uang di sakunya. “Sedekahkan ini, semuanya. ” Sebab, tutur dai yang pernah jadi sasaran brutal sekelompok orang Syi’ah ini mengutip sabda Nabi, “Sedekah dapat menolak bala’ (penyakit, celaka, serta keburukan yang lain). ”
Ke-2, beliau segera menelpon orang tua. Memohon doa. Beliau amat memahami kalau doa orangtua sangat makbul. Tuturnya menceritakan, “Sembari menahan sakit yang mengagumkan, Arifin menelpon Mamah serta Abah. ” Pada ke-2 fasilitas surganya itu, dai yang pernah tinggal di bilangan Depok Jawa Barat ini mengemukakan permintaan maaf serta memohon didoakan supaya diberikan kesembuhan.
Ketiga, membuat ‘kontrak’ dengan Allah Ta’ala. Sesaat sebelum hilang kesadaran, beliau memohon kertas dan alat tulis. Diatas kertas itu, beliau menulis, “Ya Allah, bila Engkau masihlah menghendaki hamba berdakwah di negeri yang hamba cintai ini, hidupkan hamba. Namun, bila hamba tidak lagi bermanfaat, matikan hamba. ” Di bagian akhir, beliau menulis kalimat thayyibah “Laa ilaha illallah, Muhammadan Rasulullah. ”
Qadarullah, beliau sadarkan diri sesudah hilang kesadaran selama 21 hari. Waktu sadar, suara beliau jadi serak serta seberat sekarang. Namun, mengutip perkataan istri pertamanya, “Suara Ayang seksi, kok. ”
